Iis Soekandar: Cernak

Rabu, 05 Juli 2017

Cernak

Boneka Lili
Oleh: Iis Soekandar


       Sore ini Lili bersemangat ke rumah Reni. Ia menunggu Nanda di teras rumah. Sepulang sekolah tadi Reni berjanji akan memperlihatkan boneka barunya. Lili, Reni, dan Nanda selain teman sekelas juga tetangga.
      "Ayo, Li, kita ke rumah Reni sekarang," teriak Nanda dari depan pagar rumah. Nanda juga ingin sekali melihat boneka baru Reni.
      Kemudian Lili dan Nanda ke rumah Reni.Ternyata Reni sudah menunggu di teras rumah.
      "Wah, bonekamu bagus. Warnanya serba pink, baju, sepatu, tas," kata Nanda sambil memperhatikan boneka yang berdiri di samping Reni. Mereka duduk di lantai.
      "Rambutnya coklat keemasan," sambung Lili.
      "Ini namanya boneka barby. Boneka barby terkenal dengan warna pink. Makanya baju, sepatu, tas, semua warna pink, "jelas Reni.
       Tidak henti-hentinya Lili dan Nanda memperhatikan boneka barby. Tidak terasa sudah hampir magrib. Lili dan Nanda pulang.
       Semenjak Reni membeli boneka baru, setiap sore Lili dan Reni datang. Mereka bermain boneka barby secara bergantian.
       Lili kaget ketika suatu sore melihat Nanda juga membawa boneka.
      “Wah, kamu sekarang juga punya boneka,” ungkap Lili. Diam-diam dia iri. Sekarang tinggal dirinya yang tidak memiliki boneka.
      “Iya, aku dibelikan Ayah tadi malam,” cerita Nanda senang.
       Mereka menuju ke rumah Reni. Kalau saja bapak masih ada, aku bisa minta dibelikan boneka. Ungkap Lili sedih dalam hati. Hasil dari pekerjaan ibu hanya cukup untuk membiayai sekolah dan makan sehari-hari. Maklumlah bapak sudah meninggal karena kecelakaan dua tahun lalu. Semenjak itu ibu menjadi tulang punggung. Pekerjaan ibu sebagai penjahit.
       Tidak lama Lili dan Nanda tiba di rumah Reni. Reni tak kalah senang melihat Nanda membawa boneka. Kini boneka barby ada temannya.
       "Wah, bonekamu bagus, bisa menangis dan tertawa," tukas Reni terheran.
       "Kok bisa begitu?” tanya Lili penasaran.
      “Di punggung boneka ini ada tombolnya. Kalau tombol digeser ke kanan menangis kalau digeser ke kiri tertawa, dan kalau tombol ini di tengah berarti dia diam,” jelas Nanda.
       Lili dan Reni manggut-manggut. Nanda menamai bonekanya, Putri.
       “Sekarang, tinggal kamu, Li, yang belum punya boneka,” kata Reni yang diiyakan Nanda. Lili menanggapi dengan senyum.
"Iya, nanti sampai di rumah aku minta sama Ibu agar dibelikan boneka," jawab Lili.        Padahal ia tahu, ibu tidak mungkin membelikannya boneka.
       Sampai di rumah, Lili murung. Ibu yang sedang sibuk menjahit baju menghentikan pekerjaannya. Ibu pun bertanya mengapa Lili sedih. Kemudian Lili bercerita.
       "Jadi kamu ingin boneka, Li," tukas ibu."Besok ketika kamu bermain lagi dengan Reni dan Nanda, kamu juga sudah membawa boneka," janji ibu.
       "Benar, Bu? Ibu akan membelikan Lili boneka?" tanya Lili tidak percaya.
      “Lihat saja besok.”
@@@
      Keesokan hari ketika Lili keluar dari kamar, ibu menyapa. Lili baru saja selesai mandi sore.
     "Hai, Lili, apa kabar? Aku Nita, kenalkan, ini Meong, kucingku. Apakah kamu suka buah strowbery?" cerita ibu sambil memainkan boneka Nita, boneka kucing, dan boneka strowberry. Boneka-boneka itu dipasangkan pada jari-jari ibu. Boneka itu ibu buat dari kain perca.
     "Ibu, bonekanya lucu sekali," tukas Lili lalu mengambil boneka-boneka itu dari jari-jari ibu.
       Tidak lama Nanda datang mengajaknya ke rumah Reni. Lili sengaja membuat kejutan. Ia menyimpan boneka-bonekanya dalam saku baju.
       Tiba di rumah Reni, Lili pura-pura ke kamar mandi. Setelah keluar...
       “Hai, Putri, Barby, salam kenal. Namaku Nita. Kenalkan ini Meong, kucingku. Aku suka makan buah strowberry. Apakah kalian mau buah stowberry?” cerita Lili sambil memainkan boneka yang dipasangkan pada jari-jarinya.
      Reni dan Nanda terkejut.
     “Ternyata Lili sekarang juga punya boneka,” kata Nanda setengah berteriak.
     “Bonekanya unik,” tambah Reni.
     Karena penasaran, Reni dan Nanda memasangkan boneka-boneka itu pada jari-jari mereka secara bergantian.
     Lili tidak menyangka boneka buatan itu tidak kalah menarik dengan yang dijual di toko.
@@@
Cernak ini pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 5 Juli 2017






2 komentar:

  1. Ceritanya keren, Mbak Iis.
    Jadikan penyemangat, untuk terus menulis Mbak Iis.
    Salam semangat menulis, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Kak Bambang Irwanto sudah mampir. Iya nih jadi tambah semangat menulis.

      Hapus